Singkat cerita, saya akhirnya memutuskan untuk mengambil CD player Marantz CD 6003. Dari beberapa player yang harganya kurang dari 4 jt rupiah dari berbagai merk seperti Cambridge, Denon, NAD atau Rotel setelah saya bandingkan akhirnya dipilihlah tipe ini dengan satu alasan yaitu bobotnya yang paling berat dari kontestan yg lain heheee ...... Tentu saja semua sudah dicoba, tapi amatlah sulit menentukan mana yang terbaik jika uji dengar dilakukan di toko yang penuh dengan barang2.
Asumsi saya, jika bobotnya lebih berat berati komponen yang digunakan lebih banyak dan pastinya lebih stabil karena menggunakan material yang lebih kokoh. ...... betul ...?
Setelah dibiarkan perawan selama beberapa minggu supaya break in, maka sudah waktunya mengambil obeng PH2 untuk membuka sekrupnya. Berikut penampakan jeroan dari CD 6003
Rupanya pilihan saya tidak salah, dengan harga segitu didapat player yang cukup solid dengan mutu komponen yang digunakan menurut saya sangat baik. Output stage menggunakan discrete dengan menggunakan jfet 2SK369 sebagai input, juga di dalamnya dengan mudah kita temukan elco sekelas Elna Silmic dan Cerafine. DAC tidak kelihatan karena terletak dibawah.
Tampak elco Elna for Hifi pada PSU, ini mungkin elco terbesar yg pernah saya temui yg ukurannya hanya 1000uF/35v
Elna Cerafine utk decouple pada rangkaian output stage dan silmic yg dipasang secara bokong to bokong sebagai output caps.
Setelah tanya mbah Gugel untuk membaca pengalaman DIYer lain dalam modifikasi player ini, maka dipilihlah yang paling simpel yaitu dari negri tetangga, bagi yang berminat mengetahui lebih detail silakan baca di http://singaporehifi.blogspot.com/2010/07/marantz-cd6003-modification.html
Modifikasi hanya dilakukan dengan mengganti output caps silmic dengan Black Gate NX HiQ 47uf/6.3v.
yang saya temukan saat bongkar2 stock lama. si BG ini mungkin sudah tertidur selama lebih dari 7 tahun dan sudah waktunya untuk kembali bertugas. Mengapa pakai BG sebagai output caps ? karena ukurannya yg mungil sehingga cocok dengan tempat yang tersedia dan konon si BG ini punya "magic" yg tidak dimilikin caps lainnya.
tampak samar2 resistor series pada output yg turut diganti. Hati2 saat melepas resistor karena jalur tembaganya sangat mudah terlepas.
Tidak lupa mengganti elco decouple pada DAC. Elco yang semula bernama Koshin digantikan oleh Sanyo Oscon.
Lalu, bagaimana hasilnya ? ..... BUTEK abis heheee .......
bagi yang menggunakan BG sebagai output jangan pernah berharap akan mendapatkan hasil yang langsung enak seperti menggunakan caps film. Perlu waktu puluhan jam pembakaran supaya si BG mengeluarkan pesonanya. Performance mulai nampak menunjukan taringnya setelah dipakai untuk memutar kira2 8-10 buah CD. Untuk detail suara tidak akan saya bahas, silakan baca blog negri sebelah .
Kesimpulan, dengan harga yg termasuk low end ditambah sedikit modif, cdp ini worth every rupiah yang kita keluarkan.
Terima kasih bagi yang sudah membaca.
Para Pendukung :
Canon 550D
Tokina 100mm
Sirui T-1004X
Benro BH-0
Ambient Light
Obeng PH2
Solder Dekko
Timah Pancing
Rabu, 26 September 2012
Jumat, 07 September 2012
Antenna Radio FM
Penggunaan Tuner dirumah saat ini mungkin tidak sepopuler jaman dulu, kecuali buat di mobil ( setidaknya untuk saya ) dimana saya hanya dengar radio selama narik kendaraan.
Jaman masih di kampung dulu, dng tuner Akai, antenna Yagi 11 elemen + booster VHF saya bisa dapat siaran FM di kota lain yg jaraknya ratusan kilometer, maklum dulu radio FM cuma 2 stasiun doank.
Kebetulan juga ada niat untuk menghidupkan kembali dedicated tuner 2 band ( AM dan FM ) merk Sherwood yang saya dapat di awal tahun 90-an.
Permasalahan muncul saat harus memilih antenna untuk radio FM. Model banyak tinggal pilih tetapi saya ingin yg indoor saja karena malas kalo harus pasang antena directional di atas, belum lagi kabel yg seliweran. Dan karena indoor tentunya antennanya akan omnidirectional dan diusahakan ukurannya tdk terlalu besar.
Setelah tanya mbah Gugel, muncul 2 kandidat, Rabbit Ears dan half dipole. Untuk lebih lengkap modelnya, silakan cek di www.ham-radio.com
dan setelah dicek dengan stock rongsokan di gudang akhirnya dikawinkanlah Rabbit Ears dan Half dipole menjadi seperti dibawah.
Panjang antena asli rabbit ears adalah 43 inch per batang yg diset pada frekuensi 90MHz. Untuk penyesuaian frekuensi silakan tambah atau kurang 1/2 inch per MHz. Disini panjang antena saya geser ke 100MHz. Kalo pake batang antena teleskopik, seting jadi lebih mudah. Bisa di cari di toko komponen dengan harga 7,5 ribu per batang dengan kualitas apa adanya. Sudut silakan diatur sendiri mana yang hasilnya paling bagus.
Selain itu untuk dudukan antena digunakan bekas antena indor yg buat TV, untungnya belum sepat saya buang. Dengan begini antena jadi mudah diputar2 untuk penerimaan terbaik.
Koneksi antena dan cable saya gunakan baluun-baluunan dengan 5 lilitan. Silakan dicoba mana yang terbaik, 3 lilitan atau 5 atau tidak sama sekali.
ferrite yg digunakan bisa dicomot dari lampu rumah yang sudah rusak. Jangan coba2 cari ferrite ini pada lampu jenis pijar yang sudah rusak !!!
Hasilnya ??? saya cukup puas dengan performance antenna ini, cukup simple, murah dan tidak makan banyak tempat. Silakan coba, dan jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan silakan pilih model antenna yg lain hehehee .....
Sekian dan terima kasih.
Langganan:
Postingan (Atom)